Jumat, 19 September 2008

Permainan Basket

INTI dari olahraga basket adalah bola basket itu sendiri. Semua pemain dari kedua tim yang bertanding, berlomba-lomba memperebutkan satu bola yang sama untuk dijebloskan ke dalam keranjang basket lawan.
Bola basket yang baik dan berstandar internasional menjadi syarat utama pertandingan basket dunia. Tapi sebaik apa pun bola basket tersebut, yang menjadi peranan utama adalah teknik permainan para atlet di lapangan. Nah, ternyata semua teknik permainan "ajaib" para pebasket tersebut (terutama di NBA), tak lain sebuah demonstrasi fisika yang sangat atraktif dan menghibur. Istilahnya, kita menonton basket sekarang ini, seperti menyaksikan sebuah "sirkus fisika".
Terutama teknik-teknik lemparan atau dribble yang berkembang selama dua puluh tahun terakhir di NBA (yang lalu diikuti pemain basket seluruh dunia). Teori-teori fisika yang digunakan Magic Johnson, Jordan, Kobe, dan lain-lain dalam melakukan atraksinya, terutama soal pemantulan bola, lemparan-lemparan jitu, dan lompatan pemain yang bagaikan terbang di udara.
Tidak percaya? Kita bongkar yuk satu per satu!
Lemparan "lay-up"
Magic Johnson sangat terkenal dengan lemparan lay-up-nya, yakni sebuah gerakan memasukkan bola ke keranjang dengan sedikit melempar sambil terbang.
Dalam melakukan lemparan ini, Magic mula-mula berlari sambil men-dribble bola. Setelah melewati beberapa pemain lawan, dan dekat dengan keranjang basket, ia melompat serta melepas (tanpa melontarkannya keras-keras) bola ke atas. Bola pun melayang, membentuk lintasan lengkung yang manis, dan masuk dalam keranjang dengan cantiknya.
Banyak orang tercengang, mengapa dengan hanya melepasnya, bola dapat bergerak melengkung. Darimana bola mendapat kecepatannya? Apakah ini suatu magic atau sihir (karena itu namanya pakai embel-embel magic)? Tentu saja bukan! Ini bukanlah sulap atau sihir. Gaya eks-pemain andalan Lakers ini sebenarnya sebuah fenomena fisika.
Pada abad ke-19, Newton sudah mengatakan (hukum Newton) bahwa suatu benda yang sedang bergerak akan cenderung terus bergerak. Bola yang dibawa lari oleh Magic, mempunyai kecepatan sama dengan kecepatan lari cowok hitam manis itu sendiri. Ketika dilepas, bola pun praktis akan meneruskan gerakannya, dengan kecepatan yang sama seperti saat dibawa kabur (kayak maling saja...). Sehingga bola dapat meluncur manis ke dalam keranjang.
"Lucky shot "
Trik lemparan yang cukup ngetop di NBA lainnya, adalah lucky shot. Pemain legendaris Michael Jordan sering melakukan teknik tersebut.
Nah, dalam melakukan lemparan bebasnya (dari jarak sekitar 4,5 meter), Jordan sering membuat bola berputar dengan backspin (lihat gambar 1). Kata orang sih, backspin ini dapat menjinakkan bola ketika menumbuk papan penyangga keranjang basket. Saking jinaknya, setelah memantul dari papan, bola sepertinya kehilangan kecepatannya, dan jatuh masuk dalam keranjang dengan manis. Wah, apakah ini hanya kebetulan (lucky shot)?
Kok bisa begitu, ya? Bola bisa jadi jinak dalam lemparan Jordan? Apakah Jordan mempunyai alat kontrol remote yang dapat membuat bola jinak seperti itu? Atau jangan-jangan doi mempunyai kekuatan supranatural, habis berguru ke seorang dukun sakti?
Tentu saja jawabnya juga tidak. Ini ada hubungannya dengan peristiwa fisika gesekan. Jadi, ketika bola yang berputar dengan backspin ini menumbuk papan penyangga keranjang, maka timbullah gaya gesekan antara bola dan papan tersebut. Gaya gesekan ini arahnya vertikal ke atas, berlawanan dengan arah komponen vertikal dari kecepatan bola. Di lain pihak, gaya gesekan ini menghambat lajunya bola.
Bukan itu saja, gaya gesekan juga mengurangi putaran bola (gambar 2). Pengurangan kecepatan (baik lajunya maupun kecepatan putarnya) ini berakibat bola bergerak lambat dan "menjadi jinak". Akibatnya, bola dapat secara perlahan jatuh ke dalam keranjang.
Peristiwa ini tidak bakal terjadi pada bola yang berputar dengan forward-spin. Pada bola yang melakukan gerakan ini, gesekan malah akan mempercepat gerakan bola. Sehingga bola pun terpantul keras, liar, dan tidak mau masuk keranjang (gambar 3).
Raksasa O'Neal
Dalam permainan basket modern di NBA, salah satu atraksi yang menarik dan sering ditunggu, adalah ketika si raksasa Shaquille O'Neal melabrak musuh-musuhnya dengan terbang dan melakukan slam dunk.
Menurut teori tumbukan dalam fisika, jika dua benda bertumbukan, maka benda yang ringan akan terlempar. Hal ini menjelaskan soal body contact antara Shaq dan lawan-lawannya. Karena itulah lawan-lawan O'Neal yang bertubuh relatif lebih kecil tidak mampu menahan laju raksasa yang beratnya 152 kg tersebut. Sang raksasa pun melayang tanpa terhalangi, dan berhasil menyarangkan bola dengan melakukan slam-dunk.
"Dribble"
Seorang pemain yang sedang melakukan dribble sebenarnya memanfaatkan Hukum III Newton tentang gaya aksi-reaksi. Hmm, gimana tuh ceritanya?
Begini. Saat bola dilepaskan oleh pebasket, gaya gravitasi bumi menariknya jatuh ke lantai. Bola pun bertumbukan dengan lantai, sehingga bola memberikan gaya pada lantai (gaya aksi). Sebagai akibatnya, lantai memberikan reaksi melawan gaya aksi ini. Gaya yang diberikan lantai tersebut disebut gaya reaksi, yang besarnya sama dengan gaya aksi. Gaya reaksi inilah yang menyebabkan bola memantul lagi ke atas.
Namun, karena sebagian energi bola terserap lantai, maka bola pantul tidak dapat mencapai ketinggian semula. Untuk mengompensasi energi yang terserap oleh lantai ini, maka seorang Eric Snow, pemain Philadelphia 76ers yang dikenal punya gaya dribble unik, harus memberi ekstra dorongan pada bola ke arah bawah. Dorongan ekstra inilah yang akan diteruskan bola pada lantai. Karena mendapat gaya dorong yang lebih besar, maka lantai pun memberikan gaya reaksi yang lebih besar pula untuk menolak bola ke atas lebih keras.
"Hang time"
Atraksi lain yang menakjubkan dalam permainan basket (lama-lama NBA seperti sirkus aja, ya?) adalah ketika Kobe Bryant melakukan hang time. Pada foto-foto liputan atau pas kita tonton di televisi tentang pertandingan Lakers, tampak Kobe seperti terbang. Apakah benar-benar Kobe dapat terbang? Bagaimana ia mengalahkan gaya gravitasi yang menariknya untuk turun?
Sebenarnya apa yang tampak pada foto-foto Kobe tersebut hanya suatu ilusi. Kobe tampak seperti terbang, tetapi ia sebenarnya tidak terbang. Pemain seperti Kobe maupun lainnya (Jordan atau O'Neal juga sering melakukan trik ini) sebenarnya ketika melompat setinggi satu meter, hanya mampu bertahan di udara selama 0,9 detik saja. Agar tampak seperti terbang, mereka harus melompat dengan kecepatan setinggi-tingginya sambil berlari, kemudian ketika turun mereka biasanya menekuk lututnya. Sehingga mereka pun akan kelihatan jatuh lebih lama. Semakin besar kecepatan lari si pemain basket, akan menambah lama hang time-nya tersebut.
Hang time dimanfaatkan oleh Kobe atau Jordan dalam mengecoh lawan yang hendak memblok mereka dalam menyarangkan bola ke keranjang. Pada gambar 4, dilukiskan pemain yang melompat melakukan hang time. Gerakan pemain ini berusaha diblok lawannya. Nah, kebanyakan pemain akan melepas bola ketika ia naik (A) atau di titik puncaknya (B).
Michael Jordan atau Kobe mampu melepas bola di A, B, atau C. Lama waktu untuk mencapai titik C sekitar 0,6 detik. Sedangkan lamanya pemain lawan melakukan hang time (tanpa berlari), biasanya 0,5 detik. Jadi, jika seorang Kobe melepas tembakan di C, maka lawan tidak akan punya waktu untuk membloknya. Dengan mudah Kobe pun menyarangkan bola ke keranjang.
Bagaimana? Asyik bukan melihat atraksi fisika dalam permainan basket? So, kalau mau bergaya ala Jordan, Magic, Shaq, atau Kobe, ya enggak usah berguru ke dukun. Cukup latihan, dan rajin-rajin belajar fisika, wukikikik....